Cara melatih ayam bangkok agar menang saat diadu

Trik ayam bangkok jadi juara dan info tentang kesehatan ayam bangkok

Selasa, 05 Januari 2016

Cara melatih ayam bangkok agar menang saat diadu


Latihan khusus dalam menghadapi laga pada ayam bangkok

Untuk menjadi ayam bangkok jagoan yang benar-benar jago, memerlukan waktu yang cukup panjang. Sang calon harus dilatih terlebih dahulu secara teratur, tak ubahnya para petinju sebelum resmi naik ring. Latihan ini dimaksud agar si jago menjadi kuat, lincah dan bertampang atletis.

Pemeliharaan ayam bangkok yang jago,memerlukan perhatian ekstra, yaitu latihan fisik. Latihan fisik bagai atlit sejati ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tangguhkah ayam jago kita. Kondisi tubuh yang selalu prima, membuat si jago siap tempur kapan pun.

1. Latihan Awal

Usia yang paling tepat untuk memasukkan calon jago ke pusat latihan ialah ketika ia sudah menampakkan tanda kedewasaan. Misalnya mulai berahi ketika melihat lawan jenisnya, yang cakep tentunya. Masa akil balig itu biasanya terjadi pada umur 8-9 bulan. lnilah saat yang tepat untuk mengandangkan sang calon jagoan. Maksudnya. ia harus dimasukkan kandang tersendiri yang terpisah dari saudara-saudaranya. Pagi hari selama dua jam (jam 8 – 9), ia dijemur di sinar matahari yang hangat. Jago muda yang dijemur saban pagi ini tidak boleh keluyuran cari makan sendiri, apalagi cari pacar. Karena itu ia harus dikurung di tengah halaman. Barulah pada sore hari. si jago dikeluarkan dari kandangnya, dan diberi kebebasan gerak dengan melepaskannya di halaman tertutup. Kebebasan yang hanya dua jam itu pun, si jago tetap tidak boleh ditemani ayam lain, terutama betina.

Pada tahap awal, ayam jantan ini cukup mendapat porsi latihan ringan saja. Ini mengingat pada usia itu bulu-bulunya masih muda (rebung), terutama bulu pada bagian leher dan ekor. Jika dipompa dengan dosis latihan yang agak berat, dikhawatirkan ia akan kesakitan dan bulunya rusak. Tapi jangan dikira dengan hanya dijernur, lanlas kurang ada pertambahan kekuatan badan. Justru penjemuran ini menyebabkan pernapasan lerlatih. kerja jantung semakin senmpurna, dan tubuh menjadi langsing dan berisi. Mengapa begitu ? Ceritanya begini : sebelum dijemur, ayam memang harus dimandikan (dibanyoni) terlebih dahulu. Tubuh yang basah ini secara otomatis berusaha mengeringkan diri dengan mengeluarkan energi penguapan air. Energi ini diperoleh dari karbohidrat juga bisa oleh lernak cadangan yang ada di balik kulit. Dengan begitu proses penjemuran akan mendororong ayam jago mengurangi kandungan lemaknya. Tentu saja tubuhnya jadi langsing atletis.

Selama dijemur itu pula, tubuh dan bulu-bulunya berangsur kering. Ini sudah  menuntut tenaga ekstra. Oleh sebab itu jangan heran jika si ayam sering megap-megap mirip habis lari jauh. Napas yang terengah-engah itu merupakan usahanya untuk memasukkan oksigen semaksimal mungkin guna membakar lemak (sumber energi itu) untuk mengganti energi yang hilang selama dijemur. Jadi dengan penjemuran da pembanyonan saban pagi, secara tidak langsung kita telah memberi tambahan kekuatan kepada jago itu.

2. Cara Mandi

Cara memandikan yang benar tentunya lebih menunjang usaha kita. Memandikan ayam jago tak ubahnya memandikan bayi saja. Kita tak boleh begitu saja mengguyuri tubuhnya. Apalagi menceburkannya ke dalam ember. Kita hanya boleh membasahi bagian bagian tubuh tertentu saja.

Caranya mudah saja. Cukup dengan air dingin atau air suam-suam kuku, serta lap bersih atau sepotong karet busa (spons). lalu kita jongkok. dan ayam dikepit. Kepala ayam agak ditekan kebawah, lantas air dikucurkan melalui lap (karet busa) yang diperas ke arah kepala dan muka. Kemudian kepala yang basah itu dilap. Bagian lain yang perlu dikucuri adalah leher, pangkal sayap, pinggang, kloaka (lubang pantat), brutu (kelenjar minyak yang terdapat di ujung punggung). Perlu diperhatikan, ketika mengucuri bagian-bagian ini, usahakan agar bulu tidak basah. Karena itu bulu nya mesti disibakkan dulu. Setelah bagian atas ini selesai, menyusul bagian bawah, yakni dada, paha, dan kaki. Jari jemarinya pun perlu kita bersihkan dari koloran yang menempel.

3. Menjantur

Tingkat latihan lebih lanjut ialah menjantur. Pada tahap ini, ayam mulai diberi latihan gerak, walau masih terbatas pada gerak sayap dan kaki. Namun latihan ini bakal membuahkan hasil ganda. Selain melatih kekuatan kaki dan sayap. juga pernapasannya terlatih. Menjantur ayam biasanya sore hari, sebab paginya sudah dijemur. Sebelum latihan dimulai, ayam pun perlu dibanyoni lagi, diberi makan cukup, serta dilepas dulu beberapa saat. Sejam kemudian latihan menjantur boleh dimulai. Pegang pangkal ekor, dan angkat ayam tinggi-tinggi, hingga kepalanya menggantung ke bawah. Diperlakukan seperti ini, sijago akan mengepakkan sayapnya dan meronta menggerakkan kedua kakinya. Biarkan kejadian ini berlangsung semenit atau dua menit. Lantas ayam diturunkan dan biarkan istirahat sejenak. Kalau perlu, dan kondisi tubuhnya memungkinkan, latihan bisa diulangi beberapa kali diselingi istirahat.

3. Latihan Renang

Meski ayam adalah unggas yang tak bisa berenang, namun bagi ayam jago hal itu suatu keharusan. Dalam latihan renang, ayam jago tidak cukup mengepakkan sayap dan menyepakkan kaki saja, tetapi seluruh tubuhnya harus bergerak agar tidak tenggelam. Latihan berat ini memaksa otot tubuh bekerja keras. Otot yang menggumpal keras nampak pada sosok tubuh yang kekar, dan kekuatannya yang bisa diandalkan. Supaya lebih sip, latihan renang bisa dilakukan dengan melemparkan ayam ke dalam kolam atau ke tengah kali kecil, secara berulang-ulang. Pada tahap permulaan, latihan renang cukup diberikan dua kali seminggu, lalu tiga hari sekali, dan kemudian setiap hari ditambah dengan porsi 2-3 menit (atau lebih)  setiap kali berenang, disesuaikan dengan kondisi sijago.

4. Latihan Loncat

Tempaan fisik membentuk kekuatanan saja kurang cukup. Si jago perlu juga diajari bergerak cepat. Ada kemungkinan sewaktu rnelakukan serangan terhadap musuh, harus dilakukan dengan loncatan ke udara. Jago yang tidak terlatih, bakal jatuh terhuyung-huyung begitu menjejakkan kaki di tanah, dan posisi kuda-kuda yang kurang mantap ini menjadi sasaran empuk serangan lawan.

Latihan menyempurnakan mengambil posisi kuda-kuda bagi ayam, bisa dengan melempar-lemparkannya ke atas di udara bebas. Pantat ayam mula-mula kita sangga dengan telapak tangan kiri yang dibuka lebar-lebar, lalu tangan kanan demikian pula, perlu dibuka lebar dan ditelentangkan untuk menyangga bagian tembolok. Sesudah itu ayam diangkat dan dilempar ke atas dalam waktu bersamaan. Ketika melempar, tangan kanan (bagian tembolok) harus mendapat dorongan yang lebih keras, sehingga posisi ayam akan terangkat seperti posisi hendak menerjang lawan yaitu kaki diangkat ke atas.

Mula-mula si jago akan terhuyung-huyung juga. Tapi lama kelamaan ia bakal jatuh dengan empuk dan siap berlaga dengan kokoh. Posisi kaki pun dengan sendirinya diperbaiki. Dengan latihan lempar-lemparan ini, kita mendapat hasil double. Selain latihan kaki dalam menjaga keseimbangan tubuh, juga latihan menerjang sambil meloncat. Seperti latihan sebelumnya, latihan loncat ini dilakukan setahap demi setahap.

5. Latihan Leher

Latihan berikut ialah latihan leher, yang hampir mirip latihan loncat. Caranya dengan mengangkat ayam ke atas juga. Namun yang disangga ialah bagian pantat (tepat di bawah brutu) dan bagian leher (di bawah kepala). Waktu mengangkat dilakukan secara bersamaan dan tekanannya pun sama besar. Pada saat diangkat inilah, otot leher akan menegang. Makin sering dilakukan, maka urat leher akan keras dan kuat. Leher yang kuat merupakan salah satu senjata andalan bila terpalaksa bertarung dalam jarak dekat. Dengan adu leher, si jago bisa merebut posisi menyerang mematuk bagian belakang kepala lawan. Kemenangan dalam adu leher, berarti keunggutan dalam mengumpulkan angka pukulan bersih yang menyakitkan lawan.

6. Latihan Lari

Dengan lari, ayam jadi tambah langsing, tambah lincah, dan pernapasannya pun tambah kuat. Demikian juga dengan otot-otot tubuhnya. Latihan dilakukan dengan cara memegang jago yang lain, sedangkan jago kita dibiarkan bebas di tanah. Lalu kita berlari-lari kecil sambil memancing agar sang jago mengejar lawan. Tetapi jangan sampai dia sempat mematuk ayam jago yang sedang kita pegang. Juga jangan sampai si jago salah sasaran malah mematuk tangan kita, bisa luka berdarah nanti. Selagi si jago hampir melabrak, segeralah hindarkan tangan kita. Tapi cepat-cepat dekatkan lagi. Begitu berkali-kali sambil terus jalan mengitari halaman. Ini dimaksudkan untuk melatih refleks ayam. Begitu lawan mendekat, ia langsung bereaksi siap menghantam. Latihan semacam ini harap hati-hati, jangan sampai jago yang kita pegangi menjadi tertekan jiwanya, dan ketakutan. Ia tak mau berlama-lama jadi bulan-bulanan pameran kekuatan lawan tanpa sempat mencoba membalas.

7. Latihan Tarung

Ini merupakan latihan tahap akhir. Dengan memberi kesempatan kepada jago kita untuk sungguh-sungguh menjajal kekuatan lawan, maka kita pun tahu sampai tingkat mana keunggulan jago kita. Dalam latihan ini, sebaiknya kedua jago masih tergolong kelas pemula, jadi setingkat kekuatannya.
agar keduanya tidak rusak baik bulu maupun kulitnya. Karena itu mula-mula pertarungan secara tertutup saja, yaitu membalut (dengan plester) paruh, taji (meski masih pendek dan tumpul), dan jari belakang. Setelah beberapa kali dicoba tarung, dengan tiap “ronde” paling-paling satu menit saja, maka plester boleh dibuka.

Penutupan bagian-bagian berbahaya dengan plester, bermaksud melindungi jago dari kemungkinan luka, juga untuk melatih si jago agar membiasakan diri memukul tanpa mematuk lebih dulu. Jadi sang jago diberi pelajaran bagaimana memukul tanpa mematuk, supaya nanti, dalam segala posisi, ia bisa memukul meski tak sempat mematuk lawan.

Berikutnya meningkat ke latihan bertarung beneran. Semua plester dibuka kecuali plester taji. Boleh saja taji dibiarkan terbuka, jika kita hendak mengetahui jago kita jalu atau tidak. Maksudnya tajinya berfungsi sebagai senjata pemungkas dengan baik. Tapi jika masih dalam tahap awal, awasilah ketat, jangan sampai taji terbuka ini menyebabkan lawan terluka parah.

Sebetulnya, tanpa membuka taji, kita bisa tahu apakah jago kita jalu atau tidak. Bila balutan taji itu berlumuran darah, jelas jago kita jalu. Sparring partner ini seperti latihan sebelumnya, dilakukan bertahap juga. Mula-mula satu ronde selama dua menit, lantas ditambah lagi di hari berikut dengan waktu yang lebih lama sedikit. Sampai akhirnya mencapai jangka waktu bertarung sebanyonan (15 menit).

Yang perlu kita ingat, latihan tarung ini tidak seperti latihan yang terdahulu. Berhubung si jago seringkali benar-benar luka, meski cuma luka ringan saja, maka latihan tarung tidak boleh dilakukan setiap hari. Paling tidak hanya tiga minggu sekali, bahkan mungkin sebulan sekali. Ini bisa dimaklumi, karena ayam akan pulih lagi dari luka-lukanya setelah masa tiga minggu.
Share :
Facebook Twitter Google+

 
Back To Top